HMPS IAT–ILHA Gelar Diesnatalis ke-18: Soroti Tantangan Moral Generasi Milenial–Gen Z
Jember, 6 Desember 2025. Diesnatalis ke-18 Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) serta Ilmu Hadis (ILHA) digelar dengan format Seminar Nasional oleh HMPS IAT dan HMPS ILHA, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Mengusung tema “Al-Qur’an dan Hadis sebagai Kompas Moral Generasi Milenial dan Gen Z”, acara ini merayakan perjalanan 18 tahun sejak lahirnya prodi Tafsir Hadis pada 2007 ketika masih bernaung sebagai satu program studi di Jurusan Dakwah.
Kegiatan ini berlangsung di Aula PB Soedirman, Pemkab Jember, pada Sabtu, 6 Desember 2025, pukul 08.00–11.30 WIB. Ruangan terisi penuh oleh mahasiswa, dosen, serta undangan yang mengikuti rangkaian acara tasyakkuran sekaligus diskusi ilmiah yang dirancang sebagai refleksi akademik dan penguatan identitas keilmuan kedua prodi tersebut.
Narasumber utama, Lora Ismail Al-Kholilie, tampil sebagai pusat perhatian. Influencer dan dai muda tersebut dikenal luas sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirun As-Salafi Al-Kholili Bangkalan, serta figur milenial yang banyak membahas Al-Qur’an dan Hadis secara kontekstual di media sosial. Reputasinya sebagai penerus tradisi keilmuan Syaikhona Kholil Bangkalan memperkuat bobot akademik dan spiritual kehadirannya.
Dalam paparannya, Lora Ismail menekankan bahwa Al-Qur’an dan hadis harus diposisikan bukan hanya sebagai kompas moral, tetapi juga kompas mental bagi generasi Milenial dan Gen Z. Ia menggambarkan Gen Z sebagai “generasi stoberi—estetik di luar, problematik di dalam”, sebuah karakter yang menurutnya menuntut pembinaan mindset yang lebih serius dan terarah pada sumber-sumber primer ajaran Islam.
Lora Ismail kemudian menyoroti tanggung jawab mahasiswa IAT dan ILHA sebagai calon intelektual yang mempelajari dua sumber ilmu utama dalam Islam. Ia menegaskan bahwa mahasiswa kedua prodi harus memiliki standar moral dan mental lebih tinggi dibandingkan mahasiswa prodi lain. “Mahasiswa IAT–ILHA harus tampil berbeda, karena mereka mempelajari Al-Qur’an dan hadis. Mereka berada pada posisi yang mendekati nubuwwah, hanya saja wahyu tidak lagi turun kepada mereka,” ujarnya disambut riuh antusias peserta.
Dekan FUAH, Prof. Ahidul Asror, dalam sambutannya memberikan apresiasi atas keberhasilan panitia menyelenggarakan rangkaian Diesnatalis dalam format seminar nasional yang menghadirkan tokoh relevan dengan kompetensi keilmuan. Ia menegaskan bahwa meskipun FUAH secara kuantitas tergolong kecil, mahasiswa fakultas ini kerap memenangkan berbagai kompetisi—mulai MTQ, MKQ, puitisasi Al-Qur’an, hingga lomba umum seperti business plan dan seni olahraga.
Prof. Asror juga menggarisbawahi relevansi tema seminarnya. Menurutnya, percepatan perubahan global menghadirkan tantangan serius seperti hoaks, ujaran kebencian, fitnah digital, gaya hidup konsumerisme, flexing, serta hedonisme yang banyak menyasar generasi Milenial dan Gen Z. Ia menilai bahwa orientasi ulang kompas moral generasi muda kepada Al-Qur’an dan hadis merupakan langkah strategis dan mendesak.
Dengan berakhirnya acara ini, Diesnatalis ke-18 IAT–ILHA menegaskan kembali identitas keilmuan kedua prodi dan memperkuat komitmen mereka dalam membentuk generasi Qur’ani dan nabawi yang tangguh secara moral, mental, dan intelektual. Ketua Panitia, Maharani Nur Fatihatus Sholihah, dalam sambutan pembuka melambungkan harapan bahwa tradisi akademik yang telah dibangun sejak 2007 akan terus berkembang dan memberi kontribusi nyata bagi masyarakat. Turut mendampingi kegiatan ini selain kehadiran Dekan dan Wakil Dekan III Zainal Anshori, antara lain Korprodi IAT Abdullah Dardum, Korprodi ILHA Muhammad Faiz, serta beberapa Dosen FUAH Siti Qurrotul Aini dan AlFurqon.
