Kolaborasi Islam dan Teknologi: Studium Generale FUAH UIN KHAS Jember Bahas Revolusi AI
Jember. Pada Kamis, 12 September 2024, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUAH) menyelenggarakan Studium generale dengan tema "Kajian Islam Multidisipliner Era Revolusi AI". Acara yang berlangsung di Gedung Kuliah Terpadu (GKT) lantai 3 UIN KHAS Jember ini dihadiri oleh para dosen serta ratusan mahasiswa FUAH dari angkatan 2021 hingga 2024.
Acara ini menghadirkan dua pembicara terkemuka, yakni Guru Besar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Prof. Dr. Abdul Mustaqim, M.Ag., dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Guru Besar Ilmu Filsafat Islam, Prof. Dr. Ilyas Supena, dari UIN Walisongo Semarang.
Materi pertama disampaikan oleh Prof. Abdul Mustaqim yang membahas tentang kelebihan dan kekurangan penggunaan AI dalam dunia akademik. Beliau mengutip pandangan ulama yang berbunyi, "Apa yang didapatkan dengan cepat, akan hilang dengan cepat," sebagai pengingat bahwa meskipun AI mampu menyediakan informasi dengan cepat, akademisi tetap perlu mencari informasi dari sumber-sumber fisik seperti perpustakaan dan buku agar ilmu yang didapat lebih bertahan lama.
Selanjutnya, Prof. Ilyas menekankan pentingnya sikap skeptis terhadap informasi yang diperoleh dari AI, karena ada kemungkinan informasi tersebut tidak akurat. Prof. Ilyas juga mengingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada AI dapat melemahkan nalar kritis, karena orang cenderung menerima informasi dari AI tanpa melakukan verifikasi yang mendalam.
Setelah penyampaian materi dari kedua narasumber, sesi tanya jawab dibuka. Empat mahasiswa berkesempatan mengajukan pertanyaan, yang mencakup hubungan antara filsafat dan agama, perkembangan AI, hingga pandangan maqashidi Prof. Mustaqim terkait isu pertambangan. Kedua narasumber menjawab semua pertanyaan dengan memuaskan, memberikan wawasan mendalam kepada para peserta.
Kegiatan Studium generale ini memberikan wawasan berharga tentang tantangan dan peluang yang dihadapi dunia akademik dalam era revolusi AI, sekaligus mendorong para akademisi untuk terus kritis dan bijak dalam memanfaatkan teknologi. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga menginspirasi mahasiswa untuk terus berkontribusi dalam pengembangan ilmu yang berbasis pada nilai-nilai keislaman dan etika ilmiah. (Ben)