Lulusan Doctor Tiburg University Belanda Bahas Kontestasi Ritual di Makan Syekh Jumadil Kubro

Jember, 12/8/2025– Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUAH) Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Al Forqan, M.Th.I, P.hD., menjadi pemateri utama dalam diskusi periodik yang mengupas tuntas fenomena perebutan ritual di makam Syekh Jumadil Kubro. Acara ini menyoroti penelitiannya yang berjudul "Contesting Rituals Around the Tomb of Syeikh Jumadil Kubro (The Struggle for the Ownership of the Haul Ritual of Syeikh Jumadil Kubro in Tralaya)".
Al Forqan, yang merupakan lulusan dari Tilburg University, Belanda, memaparkan bahwa perebutan atau kontestasi dalam pelaksanaan haul (peringatan wafat) Syekh Jumadil Kubro di Tralaya, Mojokerto, merupakan fenomena sosial-keagamaan yang kompleks. Ia memperkenalkan pendekatan baru untuk menganalisis ritual tersebut.
"Untuk melihat kebaruan (novelty) dari penelitian ini, saya menggunakan kerangka analisis 5P + 1L," jelas Al Forqan di hadapan para peserta diskusi.
Kerangka ini, menurutnya, memungkinkan pembedahan ritual secara lebih komprehensif dengan melihat enam elemen kunci yang saling terkait:
- Performance (Pertunjukan): Menganalisis bagaimana ritual haul ditampilkan, siapa yang memimpin, dan bagaimana urutan acara dijalankan oleh kelompok-kelompok yang berbeda.
- Person (Orang): Mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat, baik individu maupun kelompok, yang sama-sama mengklaim legitimasi untuk menyelenggarakan ritual.
- Place (Tempat): Membedah makna dan perebutan ruang sakral di sekitar kompleks makam Tralaya sebagai pusat ritual.
- Period (Waktu): Melihat bagaimana kontestasi terjadi pada periode waktu tertentu dan bagaimana sejarah pelaksanaan haul memengaruhi dinamika saat ini.
- Paraphernalia (Perlengkapan): Meneliti penggunaan benda-benda, simbol, dan perlengkapan ritual yang mungkin berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
- Language (Bahasa): Menganalisis penggunaan doa, mantra, atau narasi lisan yang digunakan, yang sering kali menjadi penanda identitas dan klaim keaslian ritual.
Diskusi ini menyoroti bagaimana setiap elemen tersebut menjadi arena perebutan pengaruh dan "kepemilikan" atas warisan spiritual Syekh Jumadil Kubro. Al Forqan menegaskan bahwa perebutan ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga menyangkut otoritas keagamaan, identitas budaya, dan bahkan kepentingan ekonomi di komunitas lokal.
Kegiatan diskusi periodik ini merupakan bagian dari upaya FUAH UIN KHAS Jember untuk terus mengasah nalar kritis dan memperkaya wawasan akademik di kalangan dosen dan mahasiswa. (Tam/Ham)